Indonesia adalah Paru-paru dunia
Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, terletak di garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Karena letaknya yang berada di antara dua benua, dan dua samudra, ia disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Terdiri dari 17.508 pulau, Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Dengan populasi sebesar 222 juta jiwa pada tahun 2006, dengan luas wilayah 1.904.556 km², dan luas perairan 4,85% dari total wilayah. Dengan Posisi Indonesia terletak pada koordinat 6°LU – 11°08′LS dan dari 95°’BB – 141°45′BT serta terletak di antara dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia/Oseania.Diperkirakan luas hutan di Indonesia adalah 104,9 juta hektare, daerah kepulauan, dan posisi Indonesia di daerah katulistiwa adalah faktor penentu dari keadaan iklim dunia.
Banyaknya polusi di dunia menimbulkan efek rumah kaca yang sangat berbahaya bagi keadaan umat manusia, dimana menipisnya lapisan ozon di asmosfir membuat radiasi sinar matahari masuk ke permukaan dunia yang menyebabkan suhu meningkat yang mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di kutub selatan dan kutub utara. Hal ini menambah ketinggian air di permukaan bumi meningkat.
Peningkatan ini membuat was-was negara-negara yang berdekatan dengan laut, yang akan menimbulkan peningkatan luas perairan. Dan jika ini berlangsung terus menerus akan mengakibatnya tenggelamnya dataran, yang akan memusnahkan peradapan yang ada.
Disisi lain penembangan di Indonesia yang tidak terkontrol membuat luas wilayah hutan semakin menipis. Penebangan-penebangan liar sering terjadi. Dari data yang diperoleh lima tahun terakhir, hutan Indonesia hilang atau rusak seluas 13 lapangan bola per menit. Jumlah ini sama dengan 3,6 juta hektare hutan setiap tahunnya. Dari data resmi paling akhir luas hutan Indonesia (peruntukannya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan, Juni 1999-Maret 2001) diperkirakan 104,9 juta hektare. Namun, berdasarkan citra satelit Landsat ETM 7 tahun 2000, luas lahan yang masih tertutup hutan hanya 93.557.000 hektare.
Ketika Konferensi Perubahan Iklim PBB 2007 pada tanggal 3 sampai 14 Desember 2007 yang lalu di Bali, yang diadakan oleh badan PBB United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCC) untuk membahas pemanasan global. Dalam diskusi ini ada dua hal yang dibicarakan yakni penghasil emisi dan penyerap emisi. Permasalahan yang sedang ditengahi adalah memberi nilai pada karbon. Selama ini pembangkit listrik tenaga batu bara dinilai lebih murah dibanding pembangkit listrik tenaga geothermal, karena karbon yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga batu bara tidak dihitung sebagai biaya yang harus ditanggung. Sementara untuk para pemilik lahan (hutan) yang menjadi penyerap karbon akibatnya harus bertanggung jawab terhadap keberlangsungan lahannya. Maka diperlukan pendapatan bagi pemilik lahan untuk memelihara lahannya. Pemilik lahan biasanya negara-negara berkembang, sedangkan penghasil karbon adalah negara-negara industri maju. Jadi negara-negara berkembang bisa memelihara hutannya dengan kompensasi dari negara-negara maju, sehingga semua pihak bertanggung jawab untuk pengelolaan karbon di bumi.
Untuk itu kita semua mengubah cara hidup kita dengan :
Pertama, mulailah dari diri sendiri. Misalnya, peduli hidup dan masa depan lingkungan kita yang lebih baik dengan selalu mencari tahu perkembangan terbaru perubahan iklim dari berbagai sumber informasi. Sebarkan dan tularkan kepada orang di mana saja dan kapan saja.
Kedua, lakukanlah hemat energi listrik “Switch off the electricity”. Dalam hal ini, penerangan di rumah biasanya menghasilkan 5-10 persen total jejak karbon rumah tangga. Sebagian besar alat elektronik di rumah seperti televisi, kulkas, AC, penyedot debu, oven, setrika, mesin cuci, dan komputer menyerap listrik dalam jumlah besar, termasuk saat berada dalam kondisi stand by. Bila kita lakukan, hal itu akan berdampak pula pada penghematan biaya.
Ketiga, habis manis, sepah didaur ulang (recycle). Pepatah mengatakan: Habis manis sepah dibuang. Tapi, kini kita harus berpikir lebih jauh lagi karena jika membuang sampah terus-menerus tanpa mengolahnya lebih lanjut atau mendaur ulang, lingkungan akan tercemar.Kedua, lakukanlah hemat energi listrik “Switch off the electricity”. Dalam hal ini, penerangan di rumah biasanya menghasilkan 5-10 persen total jejak karbon rumah tangga. Sebagian besar alat elektronik di rumah seperti televisi, kulkas, AC, penyedot debu, oven, setrika, mesin cuci, dan komputer menyerap listrik dalam jumlah besar, termasuk saat berada dalam kondisi stand by. Bila kita lakukan, hal itu akan berdampak pula pada penghematan biaya.
Lakukan pemilahan sampah organik dan nonorganik. Yang organik (seperti sisa buah, sayur, dan makanan alami) dapat dijadikan kompos, sedangkan yang nonorganik (seperti plastik, kertas, tembaga) dapat didaur ulang untuk dijadikan produk-produk lainnya.
Jangan membakar sampah karena bisa menghasilkan gas-gas yang dapat menimbulkan pencemaran tanah dan udara. Kalau bosan dengan barang-barang lama, boleh juga kita menggalakkan garage sale, siapa tahu barang-barang bekas kita bisa dimanfaatkan oleh orang lain.
Keempat, lakukanlah hemat BBM dan secara bijak gunakan moda transportasi. Berdasar data WWF, sektor transportasi menyumbang 27 persen emisi CO2 (karbon dioksida) dari pembakaran bahan bakar fosil.
Jadi, usahakan untuk melakukan, antara lain, berangkat ke kantor secara bersama dengan seluruh anggota keluarga atau teman-teman yang memiliki tujuan yang searah. Ini sekalian efisiensi biaya transportasi.
Lakukan cek emisi karbon kendaraan pribadi dengan rutin; bila mungkin gunakan alat transportasi masal seperti kereta api, bus/busway atau kendaraan umum lainnya, serta gunakan sepeda atau berjalan kaki ke tempat yang dekat.
Kelima, hemat air. Menurut WHO, air yang layak dimanfaatkan manusia 2,5 persen dari seluruh air di bumi. Sisanya, 97,5 persen, adalah air laut. Sementara yang dapat dikonsumsi manusia hanya 1 persen dari 2,5 persen tadi.
sumber :
- http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia
- http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2004/02/18/brk,20040218-08,id.html
- http://pipipego.multiply.com/journal/item/65/Memelihara_Bumi_dengan_COP_13
- http://www.jawapos.com
- http://jakarta.indymedia.org/newswire.php?story_id=1647
- http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/COUNTRIES/EASTASIAPACIFICEXT/INDONESIAEXTN/0,,contentMDK:21481510~pagePK:141137~piPK:141127~theSitePK:226309,00.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar